``Biarkan aku berlatih seks,'' teman masa kecilku Rikka, seorang anak laki-laki yang gagah dan berkemauan keras, tiba-tiba bertanya, hanya membawa satu kondom. Situasi rejeki nomplok. Namun, tubuh Rikka lebih cabul dari yang kukira, dan vaginanya terasa sangat enak... Rikka juga menjadi kecanduan seks. Selama tiga hari tanpa orang tuaku, aku menidurinya mentah-mentah di kamarku, di lorong, di kamar mandi...entah aku sedang tidur atau bangun. Tidak ada lagi karet. Semua krim pai. Tidak peduli berapa banyak air mani yang aku keluarkan, Rikka membiarkanku berhubungan sambil tersenyum. Mau tak mau aku merasa terangsang melihat ekspresi gembira di wajah seseorang yang sudah lama kuanggap sebagai teman laki-laki. "Pacarku...aku tidak peduli lagi..." Rikka...aku mencintainya...