Seorang ayah yang sangat mencintai putrinya yang lugu sehingga dia mengurungnya dan mencuci otaknya agar tidak mempertanyakan aktivitas seksualnya. Ketika sang putri berkata, ``Ayo kita punya penis,'' dia menjilat penis ayahnya, dan ketika ayahnya berkata, ``Ayo berteman,'' dia menerima kemaluannya, yang dibesar-besarkan dengan retakan yang masih muda tapi berbulu. Jika muncul seorang teman yang curiga dengan kedekatan mereka, dia akan mengisolasi putrinya, meskipun dia harus pindah ke sekolah lain. “Lebih dari segalanya, rasanya istimewa bisa berteman dengan seragam baru.” “Ayah! Ayo berteman besok juga!”