Saya bekerja sebagai dosen etiket bisnis. Meski merupakan profesi yang kerap terkesan tangguh, namun saya bangga dalam mengembangkan 'sumber daya manusia yang dapat berperan aktif di masyarakat'. Dalam keadaan seperti itu, saya seharusnya mengajar karyawan baru di perusahaan tertentu, tetapi saya akhirnya menjadi kuat dengan Wakamoto dan yang lainnya, yang tidak tahu etiket dan tata krama. Dan setelah pelatihan, saya dipanggil ke ruang konferensi yang kosong dan dilingkari.